10/07/11

Perempuan Perkasa - Prolog

Catatan kecil:
Tulisan ini untuk mengenang almarhumah Ibu Atiatoen Wirjosoemarto, ibu kandung dan idolaku yang wafat setahun lalu (26 Juli 2010). Persis di malam Nisfu Sya'ban 1432H.

Prolog:

Hari menjelang sore. Seperti biasa, aku duduk di depan layar komputer. Mengamati berita yang terus bergerak sangat cepat di luaran sana. Sementara tak ada hal menarik dari semua situs berita yang kubaca. Hanya umpat, caci maki, deret orang autis dan semua membuat bosan.

Tiba-tiba ada suara memanggil namaku. Saat kudekati, lantai kamar ibuku memerah  bersimbah darah. Tanpa keluh kesah dan nada kesakitan, dalam segenap rasa berkecamuk, kuangkat tubuhnya di pembaringan. Dalam sekejap, semua perhatianku tertuju untuk memberi pertolongan pertama seperti biasa aku lakukan.

Mukanya sangat pucat, lebih dari dua liter darah segar mengalir dari luka yang selama ini selalu disembunyikan dalam ketegaran.
Wajah istriku memancarkan kepanikan luar biasa. Ia memang tak tahan dengan luka berdarah yang terus mengalir. Sambil menggunting semua pakaian dan menguatkan semangat, tangan dan mulutku terus bekerja. Akhirnya, semua ilmu dan pengalaman yang selama ini kudapatkan di jalan, tempat-tempat bencana alam dan lain-lain ajang pengabdianku bagi kemanusiaan memberi manfaat. Tak pernah tahu nama atau istilahnya. Kurasa, kami telah melakukan pertolongan pertama gawat darurat buat sang ibu tercinta.

Panik sempat juga menimpa diriku, saat kuperiksa semua tanda vital menunjuk negatif. Tak ada nafas yang keluar dari hidung. Denyut nadi hilang dan degup jantung tak terlihat lagi. Dalam sisa kesadaran dan tenaga, ku lakukan langkah yang paling kuhindari bila tidak sangat terpaksa: Resusitasi Jantung dan Paru (CPR). Langkah pertama gagal, juga yang kedua.  Sebuah keajaiban terjadi. Mahasuci Allah, dzat yang membolak-balikkan hati manusia !.
Mata tajam perempuan perkasa itu membuka perlahan, menatapku penuh makna. Saat itulah segala kesombonganku sirna. Seluruh otot dan tulangku berasa lepas satu persatu dari tubuh. Sujud syukur kepada Illahi Robbi, penguasa alam semesta dan pemilik semua yang ada di dalamnya. Satu pelajaran kehidupan yang takkan pernah kulupa. Bahwa manusia itu hanya bisa berusaha. Dan berharap pertolongan Sang Mahaperkasa lewat doa serta permohonan ampun atas segala kelemahan manusia.

Aku terduduk lemas tanpa daya
Saat segala upaya dan rencana
telah  berlalu sangat nyata
nampak sia-sia dan putus asa
begitu dekat dengan kematian
yang kukira telah terjadi
pada jasad ibuku tercinta

Tapi .. Engkau berkehendak,
maka jadilah yang tak pernah mampu
kujangkau dengan tenaga dan pikiran
Ibu..
Aku belajar lagi darimu
bahwa ihlas itu daya tiada terhingga
yang menghancurkan karang-karang kesombongan
rasa kuat dan digjaya

Ibu…
Engkau selalu berpesan,
Bukan yang banyak itu baik,
tapi yang baik pastilah yang banyak
Sepanjang niatmu tulus
dan langkah kakimu selalu di jalan itu
berjalanlah ke depan tanpa bimbang dan ragu

Ibu..
Ketika engkau dipanggil menghadap Sang Mahakuasa
dalam sakitmu bertahun sepi
yang menanggung hidup sarat amanat
pada luka yang teramat dalam
di antara bayang-bayang biadab
kasihmu tiada kau tanggalkan
dan semangat hidupmu yang membara
bagai api abadi tiada kan padam

Selamat menempuh jalan terbaik
Meniti jembatan amal baik dan buruk
yang tak bertepi
dalam bimbingan pahala yang berhimpun
pada ihlasmu yang terpelihara
Semoga surga abadi itu jadi tempatmu
Tinggal bersama sungai amal
dan taman hatimu

Ibu…
Terima kasihku tiada terhingga
Dalam doa yang selalu kupanjatkan
ketika bersimpuh, sujud di hadapanNya
Kau memang perempuan perkasa
idola dari semua idola
Semoga bahagia abadi senantiasa.
Amien ya robbal ‘alamin.

Kebumen, 10 Juli 2011



0 komentar:

Google Pagerank
totokaryantowirjosoemarto. Diberdayakan oleh Blogger.