13/03/11

Di Mana Ibu ? - Sebuah Sajak Bambang Oeban


Ibu...
Di manakah engkau?
Waktu terus menggulir,
mengapa Ibu tak pulang-pulang
Aku tak tahu, bagaimana kabarmu kini ?
Kami jadi gelisah memikirkanmu
Apakah Ibu dalam keadaan sehat,
atau sedang sekarat karena 
sakit berat ?

Lihatlah, ibu perlu tahu :
Aku tak pernah berhenti menulis buku harian
sekarang sudah menumpk di gudang
Ibu perlu membacanya, bermacam cerita
banyak coraknya, silakan menentukan sikap
kepada siapa ibu berpihak
sebab ibu begitu bijak

Sewaktu ibu pergi, mereka anak yang baik
Gampang diatur, patuh pada kejujuran
paham hak kewajiban, saling hormat tak bermusuhan
kehidupan selalu rukun dan damai
Ibu pun ciptakan lagu abadi
penyejuk hati

Sebelum kepergianmu begitu lama,
Ibu tlah meninggalkan warisan kekayaan
anak-anak tak bertanya, Ibu hendak ke mana?
Barangkali di hati mereka
sudah berkecamuk bermacam pikiran
Aku kurang paham, kesedihan apakah timbul
dari keheningan jiwa
Sedangkan ibu tak pernah punya praduga
berpikir kurang sehat, kecuali anak-anak sayang padanya
Pesanmu sangat lembut sederhana, agar merawat
dan menjaga harta yang kita punya

Kekayaan bumi milik bersama
semua harus merasakan
jangan ada yang merintih
karena hidup dijepit susah
Ibu pasti merana

Ibu pergi seperti masa yang menghilang
selalu digantikan dengan masa yang datang
Masa-masa jadi arena perebutan kekuasaan
Bangsa asing datang tanpa diundang
sengaja ingin mengganyang
Anak-anak timbul saling bersitegang
tak punya kekuatan untuk melawan
Kerukunan gampang diruntuhkan
Tabiat anak-anak jadi belang-belang
Tabiat baik dan sifat jahat saling bertindihan
Sedangkan Ibu belum juga pulang

ibu, 
apa yang ada kini ?
Cuaca sulit dipegang
Petatah petitih yang ibu kasih, mereka abai
Ibu dianggap kumpulan cerita hayalan
Hanya mereka yang patuh pada kejujuran
hidupnya penuh tantangan

Bahkan sering dikalahkan
dibiarkan pada tumbang
dianggap penghalang
Mereka jadi anak-anak yang malang

Lihatlah, bu !
Warisan yang ibu beri
kurang dibangunkembangkan
atau disuburmakmurkan, apa yang ada?
Malah diamankan demi kepentingan
penyelamatan masing-masing keturunan
Tak memikirkan tentang kebersamaan
Dan lahirlah pertengkaran karena pertentangan
Meletuslah peperangan,
melupakan saudara satu kandungan
Darah pun bertuangan
Himbauan Sang Pemimpin
tak pernah dihiraukan, terlanjur kesurupan
Peringatan dari Tuhan
hanya menempel di kitab

Lihatlah, bu !
Demi masa, anak-anak terus melimpah ruah
Semua perlu jaminan hidup, mereka menuntut keadilan
Pecah keributan selalu datang berulang
Berita kematian menjadi
modal dagangan

Dari mana kejahatan.
kalau bukan bujuk syetan!
Sedang ibu tak hendak anak jadi syetan, 
main gasak, sikat, gilas, telan sembarangan
Di mana mana bencana
akibat kebocoran!
paceklik kemanusiaan!

Lihatlah, bu!
Gaji besar tak bahagia
masih cari kerja sambilan
jadi pengarang di kertas kwitansi
Laporan pengeluaran, lebih besar
dari pemasukan!

Ayolah, bu!
Bila ibu tak lekas kembali,
kenakalan kian tak terkendali!
Hanya air tetek ibu yang mampu mengatasi!
Jangan biarkan mengoreng negeri ini,
ibu tak baik hanya diam!

Inilah ceritaku, bu!
Banyak cerita seru.
Anak-anak menjelma jadi kuda lumping
Beling, pasir, semen, besi, cat
dan timbangan, ditelan!

Mereka tak lagi anak, sudah raksasa!
Gedung-gedung pencakar langit,
buat arena permainan outbond.
Bila bosan mereka akan lelang
pada juragan negeri seberang

Mereka lebih hebat dari Kingkong!
Nelahap hutan, gunung, sawah,
dan menguras isi lautan
lalu dimuntahkan di negeri yang jauh!

Di mana ibu?!
Jangan biarkan,
kami diperkosa kebimbangan!
Seribu pesawat pemburu dikerahkan,
tak mampu mencarimu!
Seribu satelit dibidikkan, tak sanggup mendeteksimu!
Seribu paranormal, tak berhasil meramalmu
Ibu bukan gugus salju!

Barangkali ibu jadi udara?
Kalau benar adanya, berikan kesegaran negeri ini,
biar kesumpekan tak berkepanjangan

Lihatlah, bu!
Mereka tega menyusahkan hatimu,
Ibu dianggap gelap cahaya!
Tak berujud, tak berupa dan tak bersuara!
Padahal ibu bukan cerita
penghantar tidur!

Lihatlah, bu!
Negeri ini disulap jadi bola,
lalu mereka bermain bola di udara!
Sedangkan ibu, bukan bola
ibu adalah bunga
dari surga!


Disadur dari buku:
Kepada Presiden Yang Ter.... (2011)
atas ijin beliau.






0 komentar:

Google Pagerank
totokaryantowirjosoemarto. Diberdayakan oleh Blogger.