Tak seperti biasanya, hari Minggu ini 24 Agustus 2013, wilayah sekitar alun-alun kota Kebumen yang biasanya diberi pembatas untuk aktivitas warga tanpa kendaraan bermotor (car free day) ditiadakan. Begitu melihat Jalan Pahlawan di depan SMPN V terbuka, saya penasaran dan terus mengayuh sepeda onta peninggalan orang tua yang kondisinya sedang tidak prima sampai di perempatan jalan depan Kantor Pos, ternyata juga kondisinya sama: terbuka, tanpa pembatas. Tapi, di tengah alun-alun nampak sejumlah orang dan entah berapa banyak sepeda memenuhi sisi Utara.
Suasan keramaian sebuah pesta kian terasa setelah memasuki lingkungan alun-alun. Banyak umbul-umbul dan beberapa tenda yang berdiri mengelilingi panggung. Semua mencirikan nama produk rokok yang memiliki penggemar cukup banyak di Kabupaten Kebumen, Djarum 76. Di panggung, acara musik tengah berlangsung memainkan sebuah lagu berirama reggae. Cukup enak terdengar di telinga. Tanpa menunggu lama, kamera digital yang telah disiapkan dari rumah sejak semalam untuk mengabadikan kegiatan di alun-alun kota Kebumen minggu ini saya keluarkan dari tas kecil yang menggelantung leher. Beberapa momen awal masih terfokus di sekitar panggung utama.
Pertunjukan musik di panggung tengah menghibur peserta dan masyarakat |
Seperti biasa, saya coba berkeliling mencari obyek yang bisa dibidik sesuai selera fotografis yang saya sukai. Belum lagi melangkah, terlihat seorang tetangga melintas dan segera saya sapa.
" Jadi peserta atau panitia mas Toni ?'
Sedikit ada kekagetan muncul di wajahnya, lalu ia tersenyum dan menjawab:
" Ikut meramaikan (jadi peserta) saja. Lho.. klo mas, ikut jadi peserta atau lagi meliput ?, Toni balas bertanya.
" Iseng saja Ton. Terlanjur sampai di sini. Tadinya ingin tahu aktivitas warga Kebumen di hari Minggu yang biasanya berlaku car free day. Saya lihat di media sosial, komunitas pekerja seni teater di Kebumen sering menampilkan pertunjukan di sini", jawab saya.
" Oo... apa ngga tahu ada acara ini ?", tanya Toni lagi.
" Wah...baru tahu setelah sampai di sini. Ok...silakan kalau mau melanjutkan langkah. Saya masih ingin mencari sesuatu yang menarik di acara ini", kataku sambil bersalaman.
Meski telah berusaha menyembunyikan wajah dengan topi lapangan, ternyata ada saja yang mengenali. Satu relawan PMI yang tengah bertugas dan tetangga dekat yang memang hobi berat bersepeda di sela waktu liburnya.
Tetangga itu, Edi Wahyono, sehari-hari bekerja di sebuah hotel ternama dan menjadi Kepala Lingkungan (Kaling) di RW II yang lebih dikenal sebagai pak dukuh di dukuh Dukuh. Masih cukup muda, sekitar 40-an tahun. Punya dua anak perempuan, Dea yang kini siswa SMAN 2 dan Jahra yang masih duduk di kelas V SDN I Kebumen.
Edi Wahyono dan teman berpesta sepeda ria di Jl Kol Sugiyono Kebumen |
Edi Wahyono dan teman di sekitar pertigaan Jl Mangga Kebumen |
Meski tak banyak momen menarik di acara ini, saya sempat bertemu dengan seorang peserta asal Purworejo. Namanya Pak Wagimin (64 tahun) yang kesehariannya sebagai penjaga di SMK PN Purworejo. Beliau datang bersama sang cucu sejak pagi. Pada malam hari masih menyempatkan diri nonton wayang kulit di Bayan, satu nama kecamatan di Kabupaten Purworejo.
Pak Wagimin kemudian bercerita banyak tentang sepeda dan hobinya bertualang dengan sepeda kebanggaan yang telah dimiliki sejak tigapuluh tahun lalu. Meski bentuk luarnya nampak kusam karena semua cat telah mengelupas, beliau tiap Minggu selalu bersepeda dalam jarak minimal 25km. Arah yang biasa dijelajah adalah Purworejo-Kutoarjo-Bayan-Bonorowo (Kab. Kebumen) dari jalur Selatan - Selatan menuju Utara sampai Jembatan Gentan di perbatasan Kab. Kebumen dan Purworejo terus ke Timur lewat jalan negara dan kembali ke kota Purworejo.
Pak Wagimin (64 tahun) dan sepeda tuanya |
Kebiasaan Pak Wagimin bersepeda mengelilingi banyak daerah dan obyek wisata membuat dirinya nampak segar dalam suasana terik mentari yang cukup menyengat alun-alun kota Kebumen hari ini. (bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar