Sungai Luk Ulo, seperti namanya, meliuk-liuk seperti ular sanca yang
sedang berjalan dari hulu sampai hilir. Hulu sungai ini ada di celah bukit
Pegunungan Seribu di Utara. Aliran sungai menuju ke Selatan sampai di hilir dan
masuk ke Samudera Hindia. Tak seberapa jauh dari daerah hulu, ada sebuah situs
geologi yang sangat unik. Yaitu Situs Geologi Karangsambung. Dari kota Kebumen,
situs ini berjarak sekitar 15 kilometer.
Di situs geologi Karangsambung ada beragam jenis bebatuan : akik,
suiseki, biseki, batubara, emas, tembaga dan yang sangat membanggakan warga
Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah, Indonesia, adalah keunikan batu akik yang tak
ada tandingan di seluruh wilayah Asia. Mungkin juga di seluruh dunia. Karena
itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendirikan sebuah tempat
penelitian khusus dan menjadikan situs geologi Karangsambung ini sebagai obyek
wisata ilmiah.
Satu orang warga pinggir sungai Luk Ulo di Pasarpari, Subowo (42 tahun),
adalah seorang perajin batu akik yang telah menekuni pekerjaannya sejak awal tahun 1990-an. Saat itu, ia mendapatkan
bahan-bahan dari sungai yang ada di bawah rumahnya. Tak perlu berjalan jauh dan
dapat memilih sesuai yang diinginkan tanpa perlu merusak lingkungan alam di
sungai Luk Ulo yang jadi sumber kehidupan bagi warga masyarakat yang ada di
sekitarnya.
Dari pengalaman dirinya menekuni pekerjaan itu, Subowo bercerita,
perubahan besar lingkungan sungai Luk Ulo semakin terasa. Ia dan teman-teman
perajin akik atau batuan alam dari sungai ini semakin sulit diperoleh dan
harganya semakin mahal. Beberapa jenis bahkan sangat sulit diperoleh bahannya.
Memang, ada dua jenis batu akik khas Sungai Luk Ulo yang masih cukup banyak
tersedia yakni kecubung yang berwarna ungu muda maupun ginggang yang bergurat.
Jenis kecubung banyak diminati karena menghadirkan mitos untuk pengasihan.
Yaitu, jika diisi dengan cara dan oleh dukun tertentu bisa mendatangkan
keuntungan finansial dan menguatkan karisma. Sementara itu, ginggang yang lebih
beragam motif dan warnanya disukai untuk perhiasan. Terutama sebagai batu
permata untuk cincin emas.
Cerita Subowo adalah sebagian kecil perubahan lingkungan alam di Sungai
Luk Ulo yang cenderung kurang bersahabat dengan manusia karena kerusakan terjadi
dari hulu sampai hilir. Bahkan tak jauh dari pusat pemerintahan, sekitar 500
meter dari Kantor Bupati, longsor yang terjadi di makam Desa Kebumen belum
mampu diatasi. Bahkan semakin meluas ke sebelah Selatan. Selain struktur tanah
yang banyak mengandung mata air di dalamnya, hantaman air sungai yang sangat
kuat karena hilangnya tanaman pelindung terutama pohon Kendal dan tipisnya
lapisan pasir yang ditambang secara besar-besaran menggunakan alat-alat berat
di daerah hulu sekitar Bendung Kali Gending dan Karangpoh menambah berat beban
Sungai Luk Ulo. Ditambah lagi penggerusan lapisan tanah di wilayah Tengah untuk
membuat batu bata, jelas menambah besar potensi kerusakan alam sungai ini. Ini
belum termasuk kerusakan karena pemakaian racun untuk mendapatkan ikan yang
biasa dilakukan pada pertengahan musim kemarau dan tetap dibiarkan berlangsung
oleh Pemerintah setempat.
Profil Subowo (42 tahun) asli Pasarpari Kebumen
Salah satu jenis suiseki koleksi Subowo
Mas Sapto berpose dengan ikan ceba hasil tangkapanku
Ikan Bader, salah satu yang akan dilombakan di Lomba Mancing 2012
pada rangkaian kegiatan Festival Luk Ulo 2012
Spanduk ini akan jadi lebih baik di 2012..semoga
Melalui Festival Luk Ulo, kami ingin mengingatkan agar cara memanfaatkan
sungai yang sangat eksotik ini dengan kegiatan terpadu. Lomba mancing adalah
sebuah cara mengundang perhatian banyak orang untuk mengetahui keadaan
sebenarnya di sekitar lokasi sebagai gambaran kecil dari sebuah masalah besar:
kerusakan fatal lingkungan sungai Luk Ulo. Kami berangan-angan, suatu ketika
nanti, Sungai Luk Ulo layak menjadi sebuah lingkungan hidup yang terjaga
kelestariannya untuk generasi-generasi berikutnya. Kami sangat menyadari bahwa
angan-angan ini tidak cukup mudah untuk diwujudkan. Tetapi harus dimulai dan
terus dilakukan secara berkesinambungan. Mengembalikan suasana lingkungan
seperti pada tahun 1990-an atau sebelumnya mungkin sangat kecil dapat
diwujudkan. Tetapi menjaga yang masih tersisa dan akan terus tereliminasi oleh
beragam kepentingan manusia yang merusak alam tentu memerlukan kesadaran dan
kerjasama dari semua pihak yang kompeten: masyarakat, pemerintah, ilmuwan dan
sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar