18/06/12

Pernak Pernik Orang Pinggir Kali Luk Ulo



Sungai Luk Ulo, seperti namanya, meliuk-liuk seperti ular sanca yang sedang berjalan dari hulu sampai hilir. Hulu sungai ini ada di celah bukit Pegunungan Seribu di Utara. Aliran sungai menuju ke Selatan sampai di hilir dan masuk ke Samudera Hindia. Tak seberapa jauh dari daerah hulu, ada sebuah situs geologi yang sangat unik. Yaitu Situs Geologi Karangsambung. Dari kota Kebumen, situs ini berjarak sekitar 15 kilometer.

Di situs geologi Karangsambung ada beragam jenis bebatuan : akik, suiseki, biseki, batubara, emas, tembaga dan yang sangat membanggakan warga Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah, Indonesia, adalah keunikan batu akik yang tak ada tandingan di seluruh wilayah Asia. Mungkin juga di seluruh dunia. Karena itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendirikan sebuah tempat penelitian khusus dan menjadikan situs geologi Karangsambung ini sebagai obyek wisata ilmiah.

Satu orang warga pinggir sungai Luk Ulo di Pasarpari, Subowo (42 tahun), adalah seorang perajin batu akik yang telah menekuni pekerjaannya sejak  awal tahun 1990-an. Saat itu, ia mendapatkan bahan-bahan dari sungai yang ada di bawah rumahnya. Tak perlu berjalan jauh dan dapat memilih sesuai yang diinginkan tanpa perlu merusak lingkungan alam di sungai Luk Ulo yang jadi sumber kehidupan bagi warga masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dari pengalaman dirinya menekuni pekerjaan itu, Subowo bercerita, perubahan besar lingkungan sungai Luk Ulo semakin terasa. Ia dan teman-teman perajin akik atau batuan alam dari sungai ini semakin sulit diperoleh dan harganya semakin mahal. Beberapa jenis bahkan sangat sulit diperoleh bahannya. Memang, ada dua jenis batu akik khas Sungai Luk Ulo yang masih cukup banyak tersedia yakni kecubung yang berwarna ungu muda maupun ginggang yang bergurat. Jenis kecubung banyak diminati karena menghadirkan mitos untuk pengasihan. Yaitu, jika diisi dengan cara dan oleh dukun tertentu bisa mendatangkan keuntungan finansial dan menguatkan karisma. Sementara itu, ginggang yang lebih beragam motif dan warnanya disukai untuk perhiasan. Terutama sebagai batu permata untuk cincin emas.



Cerita Subowo adalah sebagian kecil perubahan lingkungan alam di Sungai Luk Ulo yang cenderung kurang bersahabat dengan manusia karena kerusakan terjadi dari hulu sampai hilir. Bahkan tak jauh dari pusat pemerintahan, sekitar 500 meter dari Kantor Bupati, longsor yang terjadi di makam Desa Kebumen belum mampu diatasi. Bahkan semakin meluas ke sebelah Selatan. Selain struktur tanah yang banyak mengandung mata air di dalamnya, hantaman air sungai yang sangat kuat karena hilangnya tanaman pelindung terutama pohon Kendal dan tipisnya lapisan pasir yang ditambang secara besar-besaran menggunakan alat-alat berat di daerah hulu sekitar Bendung Kali Gending dan Karangpoh menambah berat beban Sungai Luk Ulo. Ditambah lagi penggerusan lapisan tanah di wilayah Tengah untuk membuat batu bata, jelas menambah besar potensi kerusakan alam sungai ini. Ini belum termasuk kerusakan karena pemakaian racun untuk mendapatkan ikan yang biasa dilakukan pada pertengahan musim kemarau dan tetap dibiarkan berlangsung oleh Pemerintah setempat.

Profil Subowo (42 tahun) asli Pasarpari Kebumen

Salah satu jenis suiseki koleksi Subowo

 Mas Sapto berpose dengan ikan ceba hasil tangkapanku

Ikan Bader, salah satu yang akan dilombakan di  Lomba Mancing 2012
pada rangkaian kegiatan Festival Luk Ulo 2012


Spanduk ini akan jadi lebih baik di 2012..semoga


Melalui Festival Luk Ulo, kami ingin mengingatkan agar cara memanfaatkan sungai yang sangat eksotik ini dengan kegiatan terpadu. Lomba mancing adalah sebuah cara mengundang perhatian banyak orang untuk mengetahui keadaan sebenarnya di sekitar lokasi sebagai gambaran kecil dari sebuah masalah besar: kerusakan fatal lingkungan sungai Luk Ulo. Kami berangan-angan, suatu ketika nanti, Sungai Luk Ulo layak menjadi sebuah lingkungan hidup yang terjaga kelestariannya untuk generasi-generasi berikutnya. Kami sangat menyadari bahwa angan-angan ini tidak cukup mudah untuk diwujudkan. Tetapi harus dimulai dan terus dilakukan secara berkesinambungan. Mengembalikan suasana lingkungan seperti pada tahun 1990-an atau sebelumnya mungkin sangat kecil dapat diwujudkan. Tetapi menjaga yang masih tersisa dan akan terus tereliminasi oleh beragam kepentingan manusia yang merusak alam tentu memerlukan kesadaran dan kerjasama dari semua pihak yang kompeten: masyarakat, pemerintah, ilmuwan dan sebagainya.

0 komentar:

Google Pagerank
totokaryantowirjosoemarto. Diberdayakan oleh Blogger.