Kadangkala, saya bermimpi ingin jadi superman agar bisa menolong
kesulitan diri dan banyak orang. Tentu tanpa perlengkapan dan kelengkapan yang
biasa ia pakai. Karena saya adalah manusia biasa yang selalu ingin layak memanusiakan
diri. Tapi, mimpi adalah hak asasi
setiap orang. Bahkan mimpi jadi pemicu semangat sebuah bangsa. Ada “American
Dream” di negeri Paman Sama, ada juga di Pasarpari Kebumen. Sebuah dusun di
tengah kota yang tak beranjak dewasa.
Mimpi jadi CEO’s Grup Bakrie memang tak pernah terlintas di benak.
Apalagi Kelompok Usaha Bakrie adalah satu di antara beberapa yang ada di
Indonesia. Dari Lampung menembus Jakarta dan dunia. Satu usaha keras yang saya
yakin juga dari mimpi H. Achmad Bakrie (HAB) sang pendiri. Sederet nama
perusahaan di antaranya ANTV dan TV One, Bakrie Plantation dan jalan tol Bakrie di ruas
Cirebon hanya sedikit contoh nama besar sukses kelompok usaha Bakrie.
Jika saya harus bermimpi jadi orang pertama di kelompok usaha Bakrie,
mungkin akan saya awali dari menelaah cita-cita pendiri dan melakukan wawancara
imajinatif dengan beliau. Petikan wawancara itu:
Saya
|
:
|
Selamat pagi Pak, bagaimana kabar hari ini?
|
HAB
|
:
|
Kabar baik dik.
|
Saya
|
:
|
Betulkah..?? Maaf, melihat raut wajah bapak, nampaknya ada hal berat yang
sedang bapak pikirkan mendalam ?
|
HAB
|
:
|
Yah..begitulah.
|
Saya
|
:
|
Kalau boleh tahu…apakah itu ??
|
HAB
|
:
|
Apalagi kalau bukan soal usaha bisnis saya. Dari semua anak, rasanya
belum ada yang bisa mengikuti jejak saya secara baik. Berfikir sederhana,
bertindak luar biasa. Lebih baik satu yang terarah, dari pada banyak tapi
banyak juga mengambang.
|
Saya
|
:
|
Lebih jelasnya bagaimana pak.?
|
HAB
|
:
|
Saya dari kampung, memulai usaha juga dari kampung halaman. Cara
berfikir orang kampung itu sederhana. Saya melakukan semua hal dari yang saya
tahu dan mampu. Itulah filosofi bisnis saya. Bertani, berkebun lalu membuat
pabrik. Dari satu lahan berkembang jadi lahan lain. Semuanya satu arah
meskipun bisa mencapai banyak tujuan. Dari pabrik satu berkembang jadi banyak
pabrik dan cabang usaha yang salling menunjang. Sampai sejauh perjalanan itu,
semua aman dan nyaman. Ibarat sopir, saya bisa mengendalikan dan mengarahkan
kendaraan itu ke arah yang ingin saya tuju. Di jalan, tetap jaga jarak aman
dan mengikuti petunjuk arah yang benar. Di sini, intuisi memang banyak
berpengaruh karena faktor pengalaman.
|
Saya
|
:
|
Menghadapi persaingan usaha dan globaliasasi, apa yang bapak lakukan?
|
HAB
|
:
|
Persaingan usaha itu selalu ada di setiap waktu dan tempat. Motifnya
bisa tungal atau jamak. Sederhana atau rumit. Begitu pula dengan globalisasi.
Dengan cara berfikir yang sama, saya tetap melakukan semua hal yang saya tahu
dan mampu lakukan. Kalau belum tahu pada saat ini, saya akan belajar dari
siapapun yang saya yakini tahu tentang hal itu. Seperti pada umumnya, proses
belajar bisa cepat atau lambat. Tapi selalu saya ambil yang paling sederhana:
apa sih inti pengetahuan yang harus dipelajari ?
Tentang globalisasi yang banyak ditakuti atau dikhawatirkan, saya juga
menyikapi dengan cara sederhana. Di kampung manapun, entah kecil atau besar
sekali yaitu ukuran dunia, kita tetap harus jadi diri sendiri. Tak perlu
meniru orang lain. Karena setiap manusia telah dibekali kemampuan
masing-masing oleh Sang Maha Pencipta. Tinggal cara kita membawa diri dalam
setiap arena pergaulan.
|
Saya
|
:
|
Apakah cara berfikir atau filosofi hidup bapak ditanamkan kepada
anak-anak yang akan meneruskan jejak perjalanan bapak?
|
HAB
|
:
|
Setiap orang tua pasti punya kesempatan seperti itu. Ada yang mau tapi
tak mampu. Ada juga yang mampu tapi tak mau. Antara mau dan mampu harus
sejalan. Saya melakukan hal itu seperti air mengalir.
|
Saya
|
:
|
Pertanyaan terakhir, apakah bapak memberi kebebasan kepada anak-anak
untuk menentukan jalan hidupnya?
|
HAB
|
:
|
Ya. Saya sadar, dalam menjalani kehidupan apapaun di dunia ini tidak
selalu lurus dan mulus. Kadang ada yang harus berbelok, berbalik arah atau
bahkan menghadapi medan yang sangat sulit. Selalu mawas diri agar terasah
pengetahuan dan kemampuan kita. Tentu, sebagai mahluk tak boleh lupa kepada
Sang Maha Pencipta.
|
Menjadi penerus usaha H. Achmad Bakrie yang kini bertiras triliunan rupiah
dan mencakup banyak cabang kegiatan sebenarnya bukan sebuah impian semu. Asal
tahu dan mampu. Dan yang pasti: tak perlu harus jadi Superman yang super tahu
dan mampu, tapi kehilangan jati dirinya. Tak perlu analisis SWOT yang cenderung subyektif. Realitanya, Kelompok Usaha B akrie makin maju dan berkembang. Tentu ada satu tikungan tajam yang sampai saat ini belum mampu ditangani: Lapindo. Ini satu sisi lemah yang sangat mendasar dan strategis.
2 komentar:
kreatif ulasannya,,
semoga sukses selalu
Salam kenal
Blogwalking sore hari
sambil mengundang rekan blogger sekalian
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
sukses selalu
Salam Bahagia
Terima kasih. Salam dan sukses selalu juga buat anda dan teman2.
Posting Komentar