06/06/12

Cukup Dengan Tahu, Mampu dan Jadi Diri Sendiri



Kadangkala, saya bermimpi ingin jadi superman agar bisa menolong kesulitan diri dan banyak orang. Tentu tanpa perlengkapan dan kelengkapan yang biasa ia pakai. Karena saya adalah manusia biasa yang selalu ingin layak memanusiakan diri.  Tapi, mimpi adalah hak asasi setiap orang. Bahkan mimpi jadi pemicu semangat sebuah bangsa. Ada “American Dream” di negeri Paman Sama, ada juga di Pasarpari Kebumen. Sebuah dusun di tengah kota yang tak beranjak dewasa.

Mimpi jadi CEO’s Grup Bakrie memang tak pernah terlintas di benak. Apalagi Kelompok Usaha Bakrie adalah satu di antara beberapa yang ada di Indonesia. Dari Lampung menembus Jakarta dan dunia. Satu usaha keras yang saya yakin juga dari mimpi H. Achmad Bakrie (HAB) sang pendiri. Sederet nama perusahaan di antaranya ANTV dan TV One,  Bakrie Plantation dan jalan tol Bakrie di ruas Cirebon hanya sedikit contoh nama besar sukses kelompok usaha Bakrie.

Jika saya harus bermimpi jadi orang pertama di kelompok usaha Bakrie, mungkin akan saya awali dari menelaah cita-cita pendiri dan melakukan wawancara imajinatif dengan beliau. Petikan wawancara itu:

Saya
:
Selamat pagi Pak, bagaimana kabar hari ini?
HAB
:
Kabar baik dik.



Saya
:
Betulkah..?? Maaf, melihat raut wajah bapak, nampaknya ada hal berat yang   sedang bapak pikirkan mendalam ?
HAB
:
Yah..begitulah.



Saya
:
Kalau boleh tahu…apakah itu ??
HAB
:
Apalagi kalau bukan soal usaha bisnis saya. Dari semua anak, rasanya belum ada yang bisa mengikuti jejak saya secara baik. Berfikir sederhana, bertindak luar biasa. Lebih baik satu yang terarah, dari pada banyak tapi banyak juga mengambang.



Saya
:
Lebih jelasnya bagaimana pak.?
HAB
:
Saya dari kampung, memulai usaha juga dari kampung halaman. Cara berfikir orang kampung itu sederhana. Saya melakukan semua hal dari yang saya tahu dan mampu. Itulah filosofi bisnis saya. Bertani, berkebun lalu membuat pabrik. Dari satu lahan berkembang jadi lahan lain. Semuanya satu arah meskipun bisa mencapai banyak tujuan. Dari pabrik satu berkembang jadi banyak pabrik dan cabang usaha yang salling menunjang. Sampai sejauh perjalanan itu, semua aman dan nyaman. Ibarat sopir, saya bisa mengendalikan dan mengarahkan kendaraan itu ke arah yang ingin saya tuju. Di jalan, tetap jaga jarak aman dan mengikuti petunjuk arah yang benar. Di sini, intuisi memang banyak berpengaruh karena faktor pengalaman.  




Saya
:
Menghadapi persaingan usaha dan globaliasasi, apa yang bapak lakukan?
HAB
:
Persaingan usaha itu selalu ada di setiap waktu dan tempat. Motifnya bisa tungal atau jamak. Sederhana atau rumit. Begitu pula dengan globalisasi. Dengan cara berfikir yang sama, saya tetap melakukan semua hal yang saya tahu dan mampu lakukan. Kalau belum tahu pada saat ini, saya akan belajar dari siapapun yang saya yakini tahu tentang hal itu. Seperti pada umumnya, proses belajar bisa cepat atau lambat. Tapi selalu saya ambil yang paling sederhana: apa sih inti pengetahuan yang harus dipelajari ?
Tentang globalisasi yang banyak ditakuti atau dikhawatirkan, saya juga menyikapi dengan cara sederhana.   Di kampung manapun, entah kecil atau besar sekali yaitu ukuran dunia, kita tetap harus jadi diri sendiri. Tak perlu meniru orang lain. Karena setiap manusia telah dibekali kemampuan masing-masing oleh Sang Maha Pencipta. Tinggal cara kita membawa diri dalam setiap arena pergaulan.



Saya
:
Apakah cara berfikir atau filosofi hidup bapak ditanamkan kepada anak-anak yang akan meneruskan jejak perjalanan bapak?
HAB
:
Setiap orang tua pasti punya kesempatan seperti itu. Ada yang mau tapi tak mampu. Ada juga yang mampu tapi tak mau. Antara mau dan mampu harus sejalan. Saya melakukan hal itu seperti air mengalir.



Saya
:
Pertanyaan terakhir, apakah bapak memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menentukan jalan hidupnya?
HAB
:
Ya. Saya sadar, dalam menjalani kehidupan apapaun di dunia ini tidak selalu lurus dan mulus. Kadang ada yang harus berbelok, berbalik arah atau bahkan menghadapi medan yang sangat sulit. Selalu mawas diri agar terasah pengetahuan dan kemampuan kita. Tentu, sebagai mahluk tak boleh lupa kepada Sang Maha Pencipta.  





Menjadi penerus usaha H. Achmad Bakrie yang kini bertiras triliunan rupiah dan mencakup banyak cabang kegiatan sebenarnya bukan sebuah impian semu. Asal tahu dan mampu. Dan yang pasti: tak perlu harus jadi Superman yang super tahu dan mampu, tapi kehilangan jati dirinya. Tak perlu analisis SWOT yang cenderung subyektif. Realitanya, Kelompok Usaha B akrie makin maju dan berkembang. Tentu ada satu tikungan tajam yang sampai saat ini  belum mampu ditangani: Lapindo. Ini satu sisi lemah yang sangat  mendasar dan strategis.

2 komentar:

A&K mengatakan...

kreatif ulasannya,,
semoga sukses selalu


Salam kenal
Blogwalking sore hari
sambil mengundang rekan blogger sekalian
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
sukses selalu
Salam Bahagia

Unknown mengatakan...

Terima kasih. Salam dan sukses selalu juga buat anda dan teman2.

Google Pagerank
totokaryantowirjosoemarto. Diberdayakan oleh Blogger.