Pulang kampung atau mudik adalah
tradisi masyarakat Indonesia yang berulang setiap menyambut datangnya perayaan
hari besar keagamaan, khususnya Idul Fitri atau popular disebut Lebaran.
Seperti tahun-tahun lalu, fenomena Mudik Lebaran 2013 yang berdekatan dengan
peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke 68 boleh jadi hanya merupakan hal
biasa. Penuh dengan nuansa dan romantika.
Ada sisi lain yang mungkin juga
akan tertutup beragam kemeriahan dari dua peringatan tadi. Yaitu hadirnya sejumlah
orang yang memiliki keterkaitan sejarah, lebih tetapnya budaya dengan
Indonesia. Mereka adalah para diaspora, orang-orang yang hidup di negeri lain
dan memiliki rasa keterikatan kuat dengan tradisi dan budaya Indonesia.
Kehadiran mereka bukan sekadar bernostalgi dengan beragam “rasa keindonesiaan”, tanah leluhur, makanan khas,
kekerabatan dan banyak sisi kemanusiaan lainnya. Dengan mengangkat tema “Pulang
Kampung” diaspora Indonesia yang jumlahnya ditengara lebih dari 6,5
juta orang tersebut di seluruh penjuru dunia akan menyelenggarakan Kongres II
melanjutkan agenda pertama yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat pada Juli 2012 yang
lalu.
Apa yang menarik dari kehadiran
para diaspora itu ? Pertama, mungkin rasa heran sekaligus kagum karena hadir
dalam kondisi Bangsa Indonesia yang sering diberitakan tengah mengalami
keterpurukan di hampir semua sisi kehidupan di dalam negeri. Terutama dalam hal
moral yang membuat tata kehidupan di tanah air nampak carut marut tanpa bentuk
yang jelas. Ada harapan baru karena para diaspora relatif memiliki mental cukup
tangguh dan berani menghadapi tantangan kehidupan di negeri lain. Meski tidak
semua, tapi gambaran besarnya kurang lebih begitu.
Yang kedua, setiap tahun mereka
mengirim uang ke Indonesia sekitar $7 miliyar. Satu jumlah yang cukup besar
untuk menggerakkan perekonomian beberapa daerah miskin semacam Kabupaten
Kebumen atau wilayah setingkat provinsi. Angka itu mungkin tidak termasuk nilai
ekspor barang melalui Jaringan Diaspora Indonesia (Indonesia Diaspora Network).
Ketiga dan yang terpenting,
mereka banyak yang memiliki kapasitas sumber daya manusia yang diakui sekelas
dunia. Tak heran jika muncul pujian dari penggagas, Dr. Dino Pati Jalal, bahwa
mereka punya kekuatan otak (brain power)
luar biasa sebagai inovator, pelopor
maupun edukator. Ia memberi contoh
seorang Sehat Sutarja, pemilik Marvell Technology Group yang merupakan
tiga besar perusahaan semikonduktor di Silicon Valley yang sangat kondang itu. Ia
berjanji akan merekrut para inovator dalam negeri melalui perusahaan afiliasi yang akan dibuka di Jakarta. Dari satu contoh ini saja kita dapat menggambarkan
betapa besar nilai manfaat yang akan diterima masyarakat dalam negeri ketika
para diaspora Indonesia yang telah meraih sukses di manca negara membuka
peluang pengembangan kapasitas perekonomian nasional.
Keempat, berkait dengan suksesi
kepemimpinan nasional yang gaungnya telah menyebar di media massa khususnya TV,
suara para peserta Kongres II di Jakarta 18 -20 Agustus 2013 mendatang
nampaknya akan menjadi satu titik
perhatian para calon presiden mendatang. Dengan aset yang diperkirakan bernilai
sekitar lima kali GDP Indonesia, mereka memiliki posisi tawar yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Apalagi, dari satu survey nasional, diketahui bahwa
derajat kepercayaan masyarakat dalam negeri kepada partai politik hanya tersisa
kurang dari 50%. Peluang bagi calon independen akan lebih besar dari periode
sebelumnya. Boleh jadi, jika suara para diaspora dapat diakomodasi secara
khusus, tidak seperti periode sebelumnya yang merupakan bagian dari daerah
pemilihan DKI Jakarta di luar negeri, kantong suara mereka cukup besar meskipun
di dalam negeri ada Jokowi yang punya peluang besar jadi calon terpopular saat
ini.
Terlepas dari persoalan suksesi
kepemimpinan tadi, diaspora Indonesia adalah kekuatan besar yang kelak akan mewarnai banyak sisi kehidupan Bangsa Indonesia. Mereka punya program
khusus Young Diaspora 2050 yang rinciannya baru akan diketahui publik
di tengah atau akhir acara “ Pulang Kampung”. Komitmen mereka
bukan seperti janji politisi lokal yang seringkali dilanggar sendiri. Karena
mereka brain drain atau saluran
cerdas yang tak mudah diprovokasi oleh suara-suara angin para pembisik dan
calo-calo politik yang hanya berpikir sempit dan sesaat.
Selamat Datang di kampung halaman
dan selamat berkongres. Semoga kita dapat saling memberi manfaat bagi masa
depan Indonesia Raya. Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke
68. Jayalah negeri, tanah air dan bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar