27/07/13

Menanti Buah Tangan Para Diaspora Indonesia Di Kongres II “Pulang Kampung”


Pulang kampung atau mudik adalah tradisi masyarakat Indonesia yang berulang setiap menyambut datangnya perayaan hari besar keagamaan, khususnya Idul Fitri atau popular disebut Lebaran. Seperti tahun-tahun lalu, fenomena Mudik Lebaran 2013 yang berdekatan dengan peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke 68 boleh jadi hanya merupakan hal biasa. Penuh dengan nuansa dan romantika.

Ada sisi lain yang mungkin juga akan tertutup beragam kemeriahan dari dua peringatan tadi. Yaitu hadirnya sejumlah orang yang memiliki keterkaitan sejarah, lebih tetapnya budaya dengan Indonesia. Mereka adalah para diaspora, orang-orang yang hidup di negeri lain dan memiliki rasa keterikatan kuat dengan tradisi dan budaya Indonesia. Kehadiran mereka bukan sekadar bernostalgi dengan beragam “rasa keindonesiaan”, tanah leluhur, makanan khas, kekerabatan dan banyak sisi kemanusiaan lainnya. Dengan mengangkat tema “Pulang Kampung” diaspora Indonesia yang jumlahnya ditengara lebih dari 6,5 juta orang tersebut di seluruh penjuru dunia akan menyelenggarakan Kongres II melanjutkan agenda pertama yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat pada Juli 2012 yang lalu.

Apa yang menarik dari kehadiran para diaspora itu ? Pertama, mungkin rasa heran sekaligus kagum karena hadir dalam kondisi Bangsa Indonesia yang sering diberitakan tengah mengalami keterpurukan di hampir semua sisi kehidupan di dalam negeri. Terutama dalam hal moral yang membuat tata kehidupan di tanah air nampak carut marut tanpa bentuk yang jelas. Ada harapan baru karena para diaspora relatif memiliki mental cukup tangguh dan berani menghadapi tantangan kehidupan di negeri lain. Meski tidak semua, tapi gambaran besarnya kurang lebih begitu.

Yang kedua, setiap tahun mereka mengirim uang ke Indonesia sekitar $7 miliyar. Satu jumlah yang cukup besar untuk menggerakkan perekonomian beberapa daerah miskin semacam Kabupaten Kebumen atau wilayah setingkat provinsi. Angka itu mungkin tidak termasuk nilai ekspor barang melalui Jaringan Diaspora Indonesia (Indonesia Diaspora Network).

Ketiga dan yang terpenting, mereka banyak yang memiliki kapasitas sumber daya manusia yang diakui sekelas dunia. Tak heran jika muncul pujian dari penggagas, Dr. Dino Pati Jalal, bahwa mereka punya kekuatan otak (brain power) luar biasa sebagai inovator, pelopor maupun edukator. Ia memberi contoh seorang Sehat Sutarja, pemilik Marvell Technology Group yang merupakan tiga besar perusahaan semikonduktor di Silicon Valley yang sangat kondang itu. Ia berjanji akan merekrut para inovator dalam negeri melalui perusahaan afiliasi  yang akan dibuka di Jakarta. Dari  satu contoh ini saja kita dapat menggambarkan betapa besar nilai manfaat yang akan diterima masyarakat dalam negeri ketika para diaspora Indonesia yang telah meraih sukses di manca negara membuka peluang pengembangan kapasitas perekonomian nasional.

Keempat, berkait dengan suksesi kepemimpinan nasional yang gaungnya telah menyebar di media massa khususnya TV, suara para peserta Kongres II di Jakarta 18 -20 Agustus 2013 mendatang nampaknya akan menjadi  satu titik perhatian para calon presiden mendatang. Dengan aset yang diperkirakan bernilai sekitar lima kali GDP Indonesia, mereka memiliki posisi tawar yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Apalagi, dari satu survey nasional, diketahui bahwa derajat kepercayaan masyarakat dalam negeri kepada partai politik hanya tersisa kurang dari 50%. Peluang bagi calon independen akan lebih besar dari periode sebelumnya. Boleh jadi, jika suara para diaspora dapat diakomodasi secara khusus, tidak seperti periode sebelumnya yang merupakan bagian dari daerah pemilihan DKI Jakarta di luar negeri, kantong suara mereka cukup besar meskipun di dalam negeri ada Jokowi yang punya peluang besar jadi calon terpopular saat ini.

Terlepas dari persoalan suksesi kepemimpinan tadi, diaspora Indonesia adalah kekuatan besar yang kelak akan mewarnai banyak sisi kehidupan Bangsa Indonesia. Mereka punya program khusus Young Diaspora 2050 yang rinciannya baru akan diketahui publik di tengah atau akhir acara “ Pulang Kampung”. Komitmen mereka bukan seperti janji politisi lokal yang seringkali dilanggar sendiri. Karena mereka brain drain atau saluran cerdas yang tak mudah diprovokasi oleh suara-suara angin para pembisik dan calo-calo politik yang hanya berpikir sempit dan sesaat.


Selamat Datang di kampung halaman dan selamat berkongres. Semoga kita dapat saling memberi manfaat bagi masa depan Indonesia Raya. Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 68. Jayalah negeri, tanah air dan bangsa Indonesia.    

0 komentar:

Google Pagerank
totokaryantowirjosoemarto. Diberdayakan oleh Blogger.