Kampoeng Relawan memang hanya sebuah nama grup sosial
media di Facebook.com dengan jumlah anggota sangat kecil. Grup yang semula
bernama Reuni Relawan Gempa Bantul 2006 dimaksudkan untuk menjadi satu
lingkungan semacam kampung di dunia nyata. Sebuah tempat yang mengedepankan adab
sebagai filter sosial. Karena itu, proses interaktif warga diharapkan juga
mengedepannya cara-cara beradab. Saling menghormati, gotong royong dan
senantiasa bersikap positif. Dengan visi selalu
ada yang lebih baik berarti bahwa segenap warga Kampoeng Relawan
menyadari fitrah kemanusiaannya memiliki kekurangan dan berupaya memperbaiki
serta menyempurnakan agar tetap mampu bermanfaat buat diri, lingkungan dan umat
manusia pada umumnya.
Dalam banyak hal, relawan PMI
tumbuh dan berkembang mengikuti dinamika kehidupan yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Banyak hal positif yang selama ini kurang diketahui oleh masyarakat
awam. Bahwa relawan PMI sesungguhnya merupakan pribadi-pribadi pilihan yang
senantiasa bekerja dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal
sebagaimana dilakukan oleh Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran dan tindakan Sang Pelopor, Sir
Henry Dunant. Seorang warga negara Swiss yang juga pengusaha sukses tapi
memiliki nurani kemanusiaan yang sangat tinggi. Perilaku mulia sang pelopor
menjadi cermin utuh pola kehidupan yang ingin dihadirkan di Kampoeng
Relawan.
Memandu Stand Up Volunteer di TKN V 2013. 1
Memandu Stand Up Volunteer di TKN V 2013. 2
Memandu Stand Up Volunteer di TKN V 2013. 3
Mencermati situasi terakhir di
dalam organisasi PMI serta Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah berkaitan dengan adanya tantangan aktual terhadap nilai-nilai kemanusiaan
sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah pemanasan
global, konflik politik dan isu-isu terorisme serta berbagai masalah kemanusiaan
lain yang kian rumit maka diperlukan penyikapan yang lebih arif dan
berorientasi masa depan sebagaimana pernah dilakukan sang Pelopor di jamannya.
Tantangan khusus bagi Relawan PMI adalah adanya RUU Kepalangmerahan (Lambang
Perhimpunan Nasional) yang telah memasuki tahap akhir untuk menjadi UU.
Semangat Relawan PMI menguatkan dukungan 1 Negara 1 Lambang buat PMI
Relawan PMI adalah ujung tombak
semua aktivitas lapangan (operasional) PMI. Sementara itu, posisi strategis ini
acapkali kurang disikapi sewajarnya oleh Pengurus Kabupaten/Kota yang
akhir-akhir ini banyak diisi oleh para pejabat dan mantan pejabat daerah.
Sehingga, potensi konflik internal kadangkala muncul akibat kesenjangan
pengetahuan, pengalaman maupun orientasi antara kedua komponen utama organisasi
PMI. Dengan seabreg kesibukan dan tanggung-jawab jabatan di dinasnya, banyak
Pengurus PMI Kabupaten/Kota belum mendapatkan orientasi kepalangmerahan
secara layak dan mendasar. Sementara itu, staf yang cukup bekal tak mampu
memberi pencerahan atas hal ini karena posisinya sebagai karyawan.
Dalam menyikapi kondisi rumit
ini, banyak relawan PMI yang cenderung bersikap konfrontatif terhadap pengurus
maupun staf. Dari pengalaman pribadi mengawal beberapa gerakan relawan yang
(sering) dianggap radikal ini serta adanya upaya intervensi politik ke dalam
organisasi PMI, saya dan teman-teman yang telah berkecimpung di dalam
organisasi kemanusiaan Palang Merah Indonesia rata-rata di atas (lebih dari) 20
tahun mengambil inisiatif untuk memanfaatkan media sosial Facebook, Twitter dan
Blog sebagai wahana pencerahan serta penggalangan upaya meluruskan kembali
jalan yang semestinya ditempuh PMI selaku Perhimpunan Nasional Palang Merah di
Indonesia yang telah diakui oleh Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah serta Komite Internasional Palang Merah sebagai anggotanya.
Banyak tantangan eksternal yang
harus mampu dijawab dengan karya nyata kemanusiaan dalam organisasi PMI di
seluruh lini. Khususnya di Kabupaten/Kota yang merupakan pusat sumber daya
manusia utama relawan PMI. Hadirnya beragam LSM Kemanusiaan Internasional dan beragam
badan keselamatan nasional yang dikelola swasta (masyarakat) yang sering kali
bekerja sama dengan organisasi PMI untuk masalah-masalah khusus semisal operasi
tanggap darurat bencana alam, program peningkatan kualitas sanitasi dan air
bersih, serta berbagai program maupun proyek kerja sama lainnya tentu
memerlukan kesiapan sumber daya manusia yang sesuai dengan kualitas
sebanding.
Kampoeng Relawan dengan visi :
selalu ada yang lebih baik (would be better) dan misi : socio-preneurship (kewirausahaan sosial), entreprenurship (kewirausahaan) serta technopreneurship
(kewirausahaan berbasis
teknologi) menyadari tantangan besar eksternal maupun internal PMI itu dan
berupaya maksimal memberi kontribusi positif bagi PMI. Dengan jumlah relawan
yang telah memasuki usia produktif dari jajaran Korps Suka Rela (KSR) maupun
Tenaga Suka Rela (TSR) sekitar 3,5 juta orang, potensi besar ini perlu
diorganisasi sumber-sumber dayanya. Tanpa sedikitpun keinginan mengambil alih
peran organisasi PMI, Kampoeng Relawan justru ingin melakukan hal-hal
produktif, konstruktif dan inovatif bagi keberadaan dan kemajuan PMI di masa
depan. Semoga niat dan langkah ini dimudahkan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Amien.
0 komentar:
Posting Komentar