Jelang sehari memperingati 56 tahun usia Proklamasi
Kemerdekaan RI, MBM TEMPO menurunkan Liputan Khusus dengan judul sama. Diawali
narasi “ sederet tokoh nasional telah menanamkan tiang prestasinya sejak
dini-dalam usia dua puluhan-jauh sebelum negeri ini melahirkan kemerdekaan. Di
antara mereka, ada dua yang menarik perhatian : Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar
Dewantara.
Cipto, anak keluarga Mangunkusumo, lahir di Pecangaan
Jepara, Jawa Tengah 4 Maret 1886. Yang menarik dalam diri tokoh ini adalah
jujur, tajam berpikir dan rajin. Jiwa nasionalisme dirinya tumbuh ketika
menjadi siswa STOVIA, sekolah calon dokter di Jakarta yang menerapkan beragam
aturan diskriminatif. Wujud “pemberontakan dirinya” muncul dalam penampilan
yang senantiasa berpakaian adat Jawa yang biasa dipakai kalangan masyarakat
biasa (surjan lurik) dan merokok kemenyan. Perlakuan diskriminatif ini justru menjadi
sumber utama dalam pidato-pidatonya. Penentangan dirinya terhadap sistem feodal
dan kolonial terpancar kuat dalam beragam tulisan di Koran De Locomotief yang
jadi corong utama pemerintah Hindia Belanda.
Feodalisme menyebabkan kepincangan-hidup dalam
masyarakat. Rakyat dibatasi ruang gerak dan aktivitasnya. Keturunan yang menentukan
nasib seseorang, bukan keahlian atau kesanggupannya. Jadi, meski cerdas dan
hebat, seorang keturunan masyarakat biasa akan tetap ditinggalkan oleh
keturunan bupati atau kalangan ningrat lainnya. Sementara itu, kolonialisme
mengedepankan sikap diskriminatif di sektor formal: sekolah, pekerjaan di
lingkungan pemerintah dsb. Perjalanan Cipto Mangunkusumo menentang praktik feodal dan kolonial selengkapnya ada juga di sini.
Sifat-sifat penjajah yang ditentang keras oleh Cipto
Mangunkusumo kini, setelah 67 tahun Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
sifat-sifat dasar feodalisme muncul kembali dalam bentuk yang sedikit berbeda.
Intinya sama, menganggap diri atau kelompoknya sebagai manusia yang lebih:
berharga, layak dihormati, mengutamakan bentuk dari pada isi, mengedepankan formalitas
dan berbagai sikap dasar penjajah tanpa ragu dan malu mempertontonkan kepada masyarakat luas.
0 komentar:
Posting Komentar